Berita BCA Berita BCA

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Bukan hanya pedagang asli Tasikmalaya yang beramai-ramai menggelar lapak setiap hari Senin dan Kamis di Pasar Tasik Tanah Abang. Banyak pedagang dari Cianjur, Bandung dan sekitarnya ikut tergoda mengail rejeki di pasar yang tak pernah sepi pengunjung ini. Dahulu pasar ini memang terkenal karena pedagang yang berjualan datang langsung dari Tasikmalaya. Tetapi saat ini Pasar Tasik bagai magnet yang menarik para pedagang dari berbagai daerah untuk mengadu untung di Tanah Abang.

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Johan, salah satunya. Pria asli Ciranjang, Cianjur, Jawa Barat ini kepincut untuk berjualan di Pasar Tasik karena banyak orang Cianjur yang sukses berdagang di Pasar Tasik. Alhasil sejak lima tahun, Johan mengikuti jejak mereka berjualan di mobil minibus miliknya di area parkir Blok F Tanah Abang. “Setiap hari Senin dan Kamis, saya berangkat jam 12 malam dari Cianjur. Kalau sudah selesai ya langsung pulang lagi. Sehabisnya dagangan saja. Tapi biasanya jam 1 atau 2 siang sudah habis” ujar Johan.

Johan berdagang jilbab atau kerudung buatan konveksi miliknyayang melibatkan 35 orang pekerja, tetangga sekitar rumahnya. Dalam seminggu, dia sanggup memproduksi sekitar 200 kodi jilbab polos, sedangkan untuk jilbab berhiaskan payet atau mute memakan waktu lebih lama untuk pengerjaannya.Johan hanya memasarkan jilbab produksinya di Pasar Tasik. Tanpa harus beranjak dari lapaknya, para pelanggannya yang datang dari Jawa, Padang, Lampung, Kalimantan hingga Filipina rutin memesan jilbab darinya. Ramadan kali ini nasabah BCA Cianjur ini mengaku omzetnya sudah naik tiga kali lipat dari hari biasa.

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Komunitas Pedagang Tanah Abang: Ramai-Ramai Mengail Rejeki di Pasar Tasik

Tak jauh dari lapak Johan, Neneng membuka lapak “mobil”nya. Ibu 4 anak asal Cianjur ini berangkat tengah malambersama suami dan putri sulung mereka menuju Pasar Tasik dan kembali seusai jam 1-2 siang. “Kita mah dagangnya cuma Senin sama Kamis saja. Sesuai jam buka Pasar Tasik. Kalau tiap hari gak kuat kita mah, Jakarta kan panas pisan…” ujar Neneng dengan logat Sunda yang kental. Untuk lapaknya, Neneng membuka tiga lapak mobil di Pasar Tasik Blok F, Gropek dan Jati Baru. Dengan harga sekitar Rp 350 ribu hingga Rp 600 ribu per kodi, jilbab dagangan Neneng dengan cepat ludes terjual.

Neneng berjualan di Pasar Tasik sejak 2007. Semula dia dan suaminya yang asal Rajapolah, Tasikmalaya berjualan sembako di Cianjur. Karena kalah bersaing dengan minimarket yang semakin menjamur, mereka memutuskan banting stir berdagang jilbab di Pasar Tasik.

Keputusan yang tepat. Dari Pasar Tasik lah rejeki Neneng dan keluarga terus mengalir. “Alhamdullilah, saya baru saja selesai membangun 2 ruko dan 1 rumah tinggal di Cianjur. Rukonya nanti buat konveksi dan jualan jilbab, “ terang Neneng. Keberhasilan Neneng di Pasar Tasik juga telah mampu membuka lapangan kerja bagi sekitar 1.000 orang warga sekitar Cianjur untuk memproduksi stok jilbab yang diberinyalabel Shafa Zilkia serta untuk memenuhi pesanan. Pasar Tegal Gubuk di Cirebon juga telah diincarnya untuk memperbesar omzet usahanya.

Lain lagi kisah Pepi. Bersama Rico sang kakak, Pepi merantau ke ibukota dari Padang, Sumatera Barat selepas SMA. Sekalipun telah memiliki sebuah ruko di Blok F Tanah Abang, kakak beradik ini tak melewatkan peluang mengail rejeki di Pasar Tasik. Beberapa tahun belakangan, setiap Senin dan Kamis mereka berjualan di atas mobil box tepat di depan rukonya. Deretan jilbab buatan Cicalengka, Bandung terjajar rapih di lapak mobil yang telah dimodifikasi sebagai tempat berdagang.

Image Tasikmalaya untuk produk busana muslim dan muslimah dengan harga terjangkau membuat para pedagang tak ragu menempelkan nama Tasik sebagai pemikat. Begitu juga toko Rico dan Pepi yang diberi nama Asia Loraya pun diberi embel-embel pedagang Tasik untuk semakin menarik minat pengunjung. “Image Pasar Tasik itu kan aslinya pedagang asal Tasikmalaya. Jilbab jualan saya juga dari Cicalengka, Jawa Barat. Kami pakai nama Tasik karena sudah terkenal,” ungkap Pepi. Menurut pengakuan Pepi, hasil penjualan di lapak mobilnya jauh lebih besar dari penjualan di ruko miliknya. Alhasil ruko Pepi lebih banyak berfungsi sebagai gudang penyimpanan stok barang.

Pedagang barang sejenis bertebaran di Pasar Tasik, tapi hingga kini Pasar Tasik masih menjanjikan rejeki. Masing-masing pedagang memiliki pelanggan sendiri. Sebagaimana Johan, Neneng dan Pepi juga memiliki pelanggan tetap dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan lain-lain.

Karena terkenal sebagai pasar grosir yang biasa melayani pembelian dalam jumlah besar, para pedagang itu tak asing lagi dengan layanan perbankan, terutama Giro. Pepi yang memiliki rekening PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memilih memanfaatkan kemudahan transfer ataupun Giro BCA untuk bertransaksi dengan supplier atau pelanggan. Selain lebih efisien, Pepi juga senang dengan pelayanan staf BCA yang ramah dan cepat.

Ramadan memang bulan yang penuh berkah. Johan, Neneng dan Pepi telah menyiapkan stok barang 2 – 3 kali lipat dari hari biasa sejak dua bulan sebelum Ramadan. Ketiganya menyambut Lebaran kali ini dengan senyum mengembang karena beberapa minggu menjelang hari raya, dagangannya laris manis dan keuntungan sudah di depan mata.

BCA Senantiasa di Sisi Anda


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved